Pasalnya Mendikbud baru yang menggantikan Anis Baswedan mengeluarkan opsi baru dalam dunia pendidikan yakni Full Day School, akan tetapi berbagai tokoh-tokoh di Indonesia sangat membantah hal tersebut karena opsi tersebut yang sebelumnya sekolah formal hanya 4 sampai 5 jam, tetapi opsi mentri tersebut akan menambahnya senin-khamis menjadi 8 jam karena disitu bukan menambah mata pelajaran melainkan jam tambahan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pengembangan karakter.
"Ini
bukan full day school, tapi program penguatan karakter. Bahwa delapan jam guru
berkaitan dengan kerja guru, fungsi delapan jam tidak berarti mengajar, tapi
bisa mengawasi murid, itu beban dia. Delapan jam tidak berarti di dalam kelas,
tapi juga di luar sekolah," ujar Muhadjir di gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Akan tetapi
banyak sekali tokoh-tokoh Indonesia yang membantah hal tersebut salah satunya
adalah Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD meminta agar kebijakan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan soal sekolah 8 jam sehari dipertimbangkan
kembali. Karena hal tersebut ada keterkaitan dengan akan hilangnya potensi sekolah
agama atau madrasah diniyah.
"Kalau
sekolah pemerintah dari pagi sampai sore, madrasah diniyah akan hilang.
Madrasah diniyah sekolahnya kan sore, dari jam 2 sampai jam 5," kata
Mahfud, yang saat ini menjabat anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden
Pembinaan Ideologi Pancasila.
Hal tersebut
memang Mendikbud RI terbilang serakah, karena tidak melihat situasi yang di
alami oleh siswa yang masuk TPQ maupun tinggal di pesantren. Karena siswa yang
masuk TPQ kebanyakan sekolah madrasah tersebut masuknya jam 2 siang sampai jam
4 sore, dan siswa yang tinggal di pesantren biasanya sekolah formal pulang jam
12 kemudian istirahat sampai jam 3 sore karena setelah asyar siswa/santri tersebut
meengaji sampai jam 5. Bahkan sampai jam 9 malam tentunya berhenti sebentar
untuk melaksanakan kewajibannya yakni sholat.
Apabila Full
Day School diterapkan maka tidak hanya boros/serakah melainkan juga
meningkatkan jumlah bolos siswa, sebab sekolah hanya 4-5 jam saja banyak siswa
yang melakukan hal yang kurang terpuji yakni bolos sekolah.
Factor siswa membolos
1. Faktor Internal,
yaitu faktor yang berasal dari siswa berupa
· Perilaku dan
kebiasaan siswa yang memang tidak suka belajar. Sekolah hanya di jadikan tempat
mangkal karena kalau di rumah nanti di suruh kerja dan tidak dapat jajan
sekolah.
· Tidak ada
motivasi belajar. Siswa sepertinya tidak ada dorongan untuk maju entah
bercita-cita menjadi apa, sehingga ia tidak merasa perlu untuk sekolah secara
baik.
2. Faktor Eksternal
berasal dari luar ;
· Dipengaruhi oleh
teman yang suka bolos, hal ini bisa terjadi misalnya karena ia punya teman yang
suka bolos dan bermain seperti di taman, internet dll.
· Tidak mampu
mengikuti pelajaran di sekolah, artinya siswa tidak mampu menguasai pelajaran
tertentu sehingga menyebabkan ia malas belajar/bolos.
· Tidak mengerjakan
PR, artinya bahwa siswa yang bersangkutan mempunyai tugas dari guru yang belum
di selesaikan, sehingga ia takut masuk nanti dimarahi guru.
· Peraturan
sekolah longgar. menyebabkan kurang begitu memperhatikan anak didiknya dengan
alasan tertentu juga bisa menjadi penyebab siswa gampang bolos karena pihak
sekolah tidak pernah menindaklanjutinya.
· Suasana belajar
tidak menarik. Hal ini bisa terjadi kalau guru yang mengajar kurang
memperhatikan suasana belajar di kelas bagaimana agar siswa merasa senang
setiap mengikuti pelajaran yang di sajikan.
Dalam berbagai
macam dari factor-faktor tersebut Mendikbud tidak mau mengevaluasi. Contohnya pada
factor eksternal pada poin terakhir “Suasana belajar tidak menarik. Hal ini
bisa terjadi kalau guru yang mengajar kurang memperhatikan suasana belajar di
kelas bagaimana agar siswa merasa senang setiap mengikuti pelajaran yang di
sajikan”. Disini sudah jelas bahkan pion terswbut bisa jadi pin yang utama
untuk dievaluasi.
Sementara
ini memang banyak sekolah yang menerakan “Peran Bimbingan Konseling”
dimana Peran Bimbingan Konseling (BK) memang sangatlah penting sebagai sarana
untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal,
harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing
dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi
siswa. Dan menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang tidaklah mudah dan
sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk meminimalisisir kebiasaan
tidak baik tersebut tentu ada.
Akan tetapi
kebanyakan siswa memang sangat sulit untuk mengatakan hal yang sebenarnya
ketika dihadapkan dengan guru (BK). Karena siswa yang mentalnya rendah akan
mengakibatkan ketidak jujuran dalam mengatakan kalau salah satu permasalahan
ada pada seorang pendidik (Guru). Hal tersebut seharusnya ada sebuah evaluasi
dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut contohnya membuat
pelatihan khusus buat semua tenaga pendidik (guru) contohnya pelatihan TOF (
Training Of Fasilitator ). Hal tersebut ilmu yang sangat efisien untuk tenaga
pendidik ( guru ) sebab, dalam TOF seorang tenaga pendidik mengetahui
porsi-porsi dalam membagi waktu antara seorang tenaga pendidik dan yang di
didik.
Semoga
Artikel yang benjudul “Apabila Full Day School di terapkan maka jumlah bolos
siswa semakin meningkat” ini bermanfaat bagi kita semua dan selalu dalam
lindungan yang maha kuasa. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar